Halaman

Sabtu, 26 Desember 2020

Lanjutan 1 artikel Desa Sijeruk

Beberapa tempat di Desa Sijeruk merupakan bukit-bukit kecil atau gunung. Masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah 'punthuk' atau gunung. Ada satu gunung besar yang menjadi batas wilayah Desa Sijeruk pada bagian barat. Yaitu Gunung Pawinihan. Mendengar nama Gunung Pawinihan bagi sebagian orang tentunya sudah tidak asing lagi. Banyak cerita warga yang berkait erat dengan Gunung Pawinihan. Salah satunya adalah mengenai sejarah berdirinya Desa Sijeruk. Atau cerita berdirinya Desa Sijeruk. Karena jika kita bicara sejarah tentunya harus didukung boleh bukti-bukti yang kuat mengenai kejadian pada masa lampau.

Jati diri suatu bangsa dapat dikenali melalui sejarahnya. Dalam lingkup yang lebih kecil, tentunya karakteristik  warga masyarakat juga dipengaruhi oleh sejarahnya. Walaupun tidak sesempurna sejarah pada buku-buku sejarah. Cerita mengenai terbentuknya masyarakat  sebuah desa atau berdirinya sebuah desa sedikit banyak membuat kita mengenal masyarakat desa tersebut. Mengenai kisah terbentuknya atau berdirinya desa Sijeruk insyaaAlloh akan disajikan pada kesempatan yang lain dengan episod yang berbeda.

Selain Gunung Pawinihan, di samping pemukiman warga Dusun Sijeruk berdiri kokoh Gunung Wugul. Masyarakat menyebutnya Gunung Nangka. Memang di tempat tersebut tanaman buah nagka dapat tumbuh dengan baik. Nama Gunung Wugul sendiri dijadikan nama proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) yang sekarang sedang berlangsung. Nama yang digunakan PLTM Gunung Wugul. PLTM Gunung Wugul rencananya memanfaatkan  aliran air dari Kali Urang untuk menghasilkan arus listrik. Kini sedang dalam proses pembangunan.

Di sebelah timur pemukiman warga Dusun Sijeruk. Tepatnya ditengah lahan persawahan berdiri Gunung Krinjing. Dengan jarak kurang lebih satu kilometer dari permukiman. Dari jauh tersebut memang tampak seperti 'krinjing' yang dibalik dengan posisi bibir 'krinjing' di bawah. 'Krinjing' adalah nama wadah sejenis bakul namun lebih besar, terbuat dari bambu. Dahulu 'krinjing'  digunakan untuk membawa barang-barang jenis sayuran atau bahan masakan. Anyaman bambu pada 'krinjing ' berbeda dengan anyaman pada bakul maupun 'tumbu'. 

Kira-kira satu kilometer ke arah timur dari Gunung Krinjing, Kali Urang bertemu dengan Kali Merawu. Peda pertemuan kedua sungai inilah Kali Urang selesai. Kali urang mengalir ke timur bertemu Kali Merawu yang mengalir ke barat bdubah arah ke selatan dengan nama Kali Merawu. Mengalir terus melewati beberapa desa sampai beryeku dengan Kali Serayu yang menjadi ikon Kabupaten Banjarnegara selain Dawet Ayu dan Dataran Tinggi Dieng.

Di sebelah timur dan selatan Kali Merawu, masih berbatasan dengan Desa Sijeruk dan Desa Kalilunjar berdiri tegak Gunung Maung, yang sudah sejak lama namanya menggema dengan istilah PLTA Maung. Hal ini karena adanya rencana membendung aliran Kali Merawu yang berada di samping Gunung Maung untuk menghasilkan energi listrik. 

Masih bicara tentang gunung.

Di sebelah barat daya dari Gunung Krinjing dengan jarak lebih kurang 500 meter terdapat batu besar menjulang seperti bentuk balok. Tepatnya berada di lahan perkebunan warga. Masyarakat menyebut tempat disekitar batu tersebut berada dengan nama Gunung Cilik. 

Batu besar tersebut ada secara alamiah. Adapun jenis batu ini disebut sebagai jenis 'watu bangkong'. 'Watu bangkong' merupakan istilah yang digunakan warga untuk menyebut salah satu jenis batuan sedimen. Jenis batuan ini terdiri dari unsur keras dan unsur yang lebih lunak. Bagian yang lunak mudak terkikis sehingga bagian yang keras tampak menonjol di permukaan. Seperti bitik-bintik pada badan 'bangkong'. Sejenis hewan amfibi yang hidup di tempat kering. Biasanya yinggal di sekitar permukiman warga. Bangkong merupakan hewan yang memiliki racun pada tubuhnya.

Di Gunung Cilik banyak terdapat bongkahan 'watu bangkong' yang bertumpuk. Beberapa diantaranya memiliki rongga di bawahnya seperti gua namun kecil. Rongga atau gua kecil di bawah bongkahan 'watu bangkong' merupakan tempat tinggal yang nyaman bagi landak. Landak merupakan jenia hewan mamalia herbivora yang memiliki rambut kaku pada kulit tubuhnya seperti duri. Rambut duri ini berfungsi sebagai alat perlindungan  diri dari serangan musuhnya.

Ada satu cerita dari orang tua mengenai Gunung Cilik. Sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas tadi bahwa di Gunung Cilik di sela-sela bongkahan 'watu banhkong' terdapat rongga atau gua kecil. Gua kecil tersebut dahulu pernah dijadikan tempat mengungsi oleh untuk menghindari serangan tentara Belanda dari serangan pesawat tempur tentara Belanda. Mereka membawa perlengkapan masak untuk bertahan hidup di masa sulit.

Di area permukiman warga terdapat tempat yang sedikit tinggi dinamakan Gunung Sigot. Jika dilihat dari sebelah timur, Gunung Sigot merupakan tebing batu dengan jenis 'watu bangkong, dengan ketinggian lebih kurang 20 meter dari jalan. Jalan yang berada di sebelah timur Gunung Sigot merupakan jalan lama. Jalan ini dahulu merupakan jalan utama pada masa Hindia Belanda. Lalu lintas dari Banjarnegara ke Karangkobar atau sebaliknya waktu itu melalui jalan ini. Sebelum jalan yang sekarang digunakan dibangun. Jalan lama kini telah terputus, sebagian besar telah alih fungsi menjadi lahan pertanian. Sejak penulis masih kecil tidak melihat jalan itu, hanya mendengar cerita dari orang-orang tua dan beberapa tiang besi bekas tiang telepon yang berada di lahan sawah milik warga.

Adapun Gunung Sigot jika dilihat dari arah barat merupakan sebuah 'punthuk' . Punthuk adalah istilah yang digunakan warga untuk menyebut tempat yang agak tinggi seperti bukit dengan ketinggian beberapa meter. Konon dahulu Gunung Sigot dijadikan tempat Bupati Banjarnegara 'nginggeng' atau mengintai pasukan musuh yang berada di jalan. Jika kita berdiri di atas Gunung Sigot, kita bisa melihat lahan persawahan penduduk, Gunung Krinjing, Ginung Cilik, gunung Maung, Kali Urang dan Kali Merawu. Gunung Sigot juga behubung erat dengan cerita berdirinya Desa Sijeruk. Mengenai cerita ini InsyaaAlloh akan disajikan pada kesempatan yang lain dengan episid yang berbeda.


Tepat di sebelah barat Dusun Sijeruk terdapat tempat Pemakaman Umum warga. Tempat tersebut berada lebih tunggi dari permukiman warga. Disekitar Tempat Pemakaman Umum tersebut terhampar area perkebunan warga. Sebagian besar lahan perkebunan tersebut dipenuhi tanaman salak pondoh yang merupaka komoditas andalan warga Desa Sijeruk. Area perkebunan warga berada disebuah bukit dan warga setempat menyebutnya Gunung Wergul atau Gunung Wregul. Adapun sejarah tempat Pemakaman Umum warga berhubugan dengan cerita berdirinya Desa Sijeruk. Konon pendiri Desa Sijeruk menemukan makam di tengah rerimbunan tumbuhan glagah sebelum desa ini wujud.


👉👉👉 (Bersambung....)  

----

Jumat, 25 Desember 2020

Desa Sijeruk

Desa Sijeruk adalah sebuah desa di wilayah kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara provinsi Jawa Tengah.

Wilayah desa Sijeruk terdiri dari 2 wilayah dusun,  yaitu dusun Sijeruk dan dusun Gunungraja. Tiap-tiap wialayh dusun dikepalai seorang Kepala Dusun. Kepala Dusun merupakan bagian dari perangkat desa. Yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Desa.

Disamping pembagian wilayah mejadi 2 dusun, desa Sijeruk terdiri dari 18 Rukun Tetangga (RT) yang dikelompokkan menjadi 3 Rukun Warga (RW), yaitu; RW 1, RW 2 dan RW 3. 

RW 1 terdiri dari 5 RT.

RW 2 terdiri dari 7 RT

RW 3 terdiri dari 6 RT.

Setiap kelompok RT diketuai seorang ketua RT. Sedangkan setiap kelompok RW diketuai seorang ketua RW. 

Berbeda dengan Kepala Dusun, Ketua RT maupun Ketua RW tidak termasuk jajaran perangkat desa. Baik Ketua RT maupun Ketua RW merupakan tokoh masyarakat yang diberi tugas oleh Kepala Desa membantu pemerintah desa agar program pemerintah desa berjalan dengan lancar. Disamping itu salah satu tugas dari Ketu RT maupun Ketua RW adalah menjembatani warga desa dengan pemerintah terkait penyampaian aspirasi dari warga desa kepada pemerintah desa.

Adapun mengenai urusan administrasi dan kependudukan dilaksanakan Kepala Seksi (Kasi) dan Kepala Urusan (Kaur) yang bertanggung jawab kepada Sekretaris Desa. Untuk kelancaran urusan administrasi seperti pengiriman surat dengan cepat Kasi dan Kaur dibantu oleh Staf Pembantu Kaur.

Baik Kepala Dusun maupun Sekretaris Desa bertanggung jawab langsung kepada Kepala Desa. 

Selain perangkat desa masih ada beberapa lembaga di desa yang bertugas mendukung dan membantu kelancaran jalannya penyelenggaraan pemerintahan desa. Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; KPMD, LP3M, Hansip Linmas, Tim Pengerak PKK, dsb. 

Secara struktural Pemerintahan Desa terdiri dari dua elemen yaitu Pemerintah Desa dan Badan Permusyawatan Desa (BPD). Pemerintah Desa dipimpin Kepala desa sebagai Eksekutif. Sedangkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai unsur Legislatif terdiri darin 7 anggota dan diketuai oleh seorang Ketua BPD. Dari 7 anggota BPD, 6 diantaanya merupakan perwakilan dari wilayah masyarakat . Sedangkan salah satunya merupakan perwakilan dari unsur perempuan.

Dalam menyelenggarakan pemerintahan desa, Pemerintah Desa berkoordinasi dengan BPD dalam beberapa hal. Diantaranya dalam menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Budgeting) serta menyusun dan menetapkan Peraturan Desa (Legislasi). Adapun dalam hal pelaksanaan anggaran, Pemerintah Desa bertindak sebagai pelaksana/eksekutor sedangkan BPD menjalankan fungsi pengawasan (monitoring). 

Dalam menjalankan fungsinya masing-masing, Pemerintah Desa dan  BPD melakukan koordinasi dengan mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat. Sehingga Pemerintah Desa maupun BPD bersikap sebagai mitra kerja.

----------

Wilayah administrasi Desa Sijeruk berbatasan dengan Desa Kalilunjar di sebelah selatan dengan batas Kali Wewe. Berbatasan dengan Desa Paweden di sebelah utara dengan batas Kali Urang. Sedangkan pada bagian barat merupakqn lahan pertanian yang berbatasan dengan Desa Prendengan dan hutan Gunung Pawinihan. Di bagian timur desa Sijeruk dibatasi oleh Kali Urang dan Kali Merawu. Kali Urang yang bermata air di kaki Gunung Ragajembangan bertemu dengan Kali Merawu tepat di timur wilayah Desa Sijeruk dan airnya  mengalir ke Kali Merawu. Mengenai aliran Kali Merawu  berhubungan erat dengan sejarah cikal bakal berdirinya kabupaten Banjarnegara, yang ditilis pada buku Muatan Lokal Dawet Ayu Banjarnegara pada jenjang Sekolah Dasar.


Sebagian besar wilayah Desa Sijeruk merupakan lahan pertanian yang cukup subur dengan tekstur tanah sebagian gembur dan sebagian yang lain merupakan tanah berlempung. Denga kondisi miring dan cukup curah hujan pada musim tertentu.

Dengan ketinggian sekitar 700 hingga 1000 mdpl, tanah di wilayah Desa Sijeruk dapat ditumbuhi berbagai komoditas pertanian. Namun pada umumnya masyarakat petani di Desa Sijeruk mengandalkan komoditas padi, salak, dan kayu albasia untuk menopang kebutuhan hidupnya. Meskipun ada kokoditas lainnya yang digeluti pada lahan pertanian atau perkebunannya.

Dengan tekstur tanah berlempung dan miring menjadikan sebagian besar wilayah Desa Sijeruk rawan pergerakan tanah pada musim tertentu. Di sisi lain merupakan tempat yang cocok untuk mengembangkan komoditas pertanian dan perkebunan. Sebut saja tanaman yang bernilai jual tinggi seperti cengkih an kapulaga dapat tumbuh dengan baik di wilayah perkebunan Desa Sijeruk

Begitu pula tanaman kelapa dan aren dapat tumbuh dengan baik di wilayah Desa Sijeruk. Kelapa merupakan tanaman daerah pantai/pesisir sedangkan aren merupakan tanaman daerah pegunungan.

Selain mengelola lahan pertanian dan perkebunan, sebagian warga Desa Sijeruk melakukan aktifitas ekonomi sebagai penambang batu alam. Tidak sedikit warga masyarakat Desa Sijeruk yang menekuni profesi tersebut. Hal ini tentunya bagi mereka merupakan profesi yang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Ketrampilan menambang batu alam memang sudah turun-temurun sejak dulu.

👉👉👉(Bersambung.....)

-------

Rabu, 23 Desember 2020

Mangsa Kapitu di tahun 2020

Berdasarkan perhitungan Pranata Mangsa, Mangsa Kapitu pada tahun ini dimulai hari Selasa Pahing, 22 Desember 2020. Mangsa Kapitu biasanya ditandai dengan angin bertiup cukup kencang dan dengan durasi cukup lama di berbagai daerah di Jawa.

Akibat angin yang kencang ini pada masa-masa yang lalu banyak terjadi pohon tumbang atau patah.  Biasanya pohon-pohon tertentu yang boleh dibilang agak getas. Seperti sebagian pohon albasia. Bagian pucuk pohon Albasia memang boleh dibilang agak getas sehingga mudah patah jika terkena tiupan angin yang kencang. 

Pohon albasia memang merupakan pohon yang cepat tumbuh dan kayunya berguna untuk membuat perabot rumah tangga maupun membuat bangunan. Selain itu jenis kayu ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hak heran banyak petani pada Mangsa Kanem menanam pohon Albasia. 

Pada Mangsa Kapitu, petani biasanya sudah kurang suka menanam pohon kayu. Iji wajar saja karena jika pada Mangsa Kapitu baru menanam, hampir dapat dipastikan akar belum bisa bekerja dengan baik dalam menyeeap nutrisi pada tanah. Sementara tekana dari angin cukup kuat, sehingga resiko tanaman gagal hidup cukup besar.

Pada permulaan Mangsa Kapitu, Selasa Pahing kemarin di tempat penulis dan beberapa tempat yang dilewati tidak terjadi turun hujan. Gerimis turun di pagi hari. Itupun tidak terlalu lama. Angin pun berhembus pelan. Namun walau bagaimana pun, masyarakat perlu waspada san berhati. Karena pada Mangsa Kapitu biasanya angin kencang dapat muncul sewaktu. Yang dapat mengakibatkan pohon tumbang atau patah. Jika kebetuan pohon yang patah mengenai jaringan listrik, bisa berakibat listrik padam.

 Semoga dengan membaca tulisan ini masyarakat lebih waspada dan lebih akrab dengan alam sehingga alam pun sayang dengan mereka.



-----------




Senin, 14 Desember 2020

Mangsa Kanem Tahun ini

Berdasarkan perhitungan hari pada kalender pranata mangsa kini berada pada mangsa Kanem atau mangsa keenam. Mangsa Kanem memiliki jumlah hari 43. Pada mangsa Kanem biasanya banyak terjadi hujan dengan durasi yang cukip lama. Terkadang seharian terjadi hujan atau hujan berlangsung lebih dari 24 jam. Meskipun tidak lebat, namun hujan tergolong awet. 

Keadaan hujan yang berterusan mengakibatkan suhu udara terasa dingin dan udara lembab. Para petani di kampung biasanya memanfaatkan siatuasi pada mangsa Kanem untuk menanam pepohonan tanaman buah atau tanaman kayu seperti Albasia.

Hujan yang berlangsung dalam waktu lama. Dan sesekali terjadi hujan deras kerap mengakibatkan air selokan meluap ke jalan atau halaman pekarangan. Kejadian air meluap terjadi biasanya disebabkan ketika terjadi hujan lebat dan banyak material yang hanyut terbawa air hujan menuju selokan. Dan akibatnya saluran air atau selokan tersumbat. Airpun meluap. 

Air yang turun terus menerus menuju bumi atau tanah semakin lama semakin banyak. Sehingga tanah mengalami kejenuhan. Daya resap tanah tentunya ada batasnya. Ketika air terus menerus  menuju pori-pori tanah, masa air dalam tanah pun bertambah. Sedangkan daya rekat tanah berkurang. Terjadilah kondisi tanah longsor atau tanah bergerak yang akibat dari grafitasi bumi. Biasanya tanah longsor terjadi pada daerah dengan kondisi tanah miring (tidak rata).

Pada mangsa Kanem kali ini beberapa longsor kecil banyak terjadi di mana-mana. Sebagian tempat bahkan terjadi longsor cukup parah sehingga warga harus mengungsi ke tempat yang dianggap aman. Sebagian ruas jalan pun ada yang terputus atau rusak parah.

Mangsa Kepitu biasanya ditandai dengan banyaknya  angin yang bertiup. Terkadang agak kencang. Dahulu, sewaktu saya masih kecil kalau tiba mangsa kepitu, banyak anak yang bermain baling-baling dari bambu atau kayu. Benda ini biasa disebut 'tiran' atau 'kitiran'. Asyk sekali bermain tiran waktu itu. Kayu yang digunakan untuk membuat 'tiran' biasanya jenis kayu Waru atau kayu Albasia. Tentunya memilih kayu yang baik untuk membuat 'tiran'.

Banyaknya angin yang bertiup pada mangsa Kepitu dan sesekali tiupannya cukup kencang seringkali mengakibatkan pohon roboh, tumbang atau patah pada bagian atas dekat cabang. Biasanya masyarakat menyebut pohon yang patah tersebut dengan istilah 'putung'. Pernah pada suatu ketika, di masa saya msih dusuk di bangku sekolah dasar ada warga yang atap rumahnya tercabut, terangkat kemudian terbang terbawa angin. Kemudian diperbaiki. Setelah diperbaiki ternyata tercabut lagi terangkat dan terbang lagi. 

Begitulah sedikit cerita tentang keadaan atau kejadian di masa lalu.

Kini sedang berada pada mangsa Kanem. Hampir setiap hari hujan turun. Namun pada beberapa hari yang telah lalu hujan turun sepanjang hari. Dari pagi sampsi pagi lagi. Dari sore sampai sore lagi, bahkan lebih dari 24 jam hujan terus berjalan tanpa terputus. Meskipun tidak selalu hujan deras, dalam  beberapa jam hujan hanya ringan saja. 

Namun pada mangsa Kanem kali ini sudah muncul hembusan angin yang cukup kencang. Seperti terjadi pada mangsa Kepitu. Ini terjadi pada waktu yang boleh dibilang baru dipertengahan mangsa Kanem. Akibat dari hembusan sngin tersebut banyak dedaunan hijau yang berguguran berserakan di jalan. Terkadang disertai patahnya ranting pohon dan terlepas dari batangnya. Di antara jenis pohon yang banyak berguguran daunnya adalah pohon Albasia dan pohon Pinus.

Ada satu lagi kejadian memilukan pada mangsa Kanem tahun ini adalah tercabutnya rumpun bambu di lereng gunung Krinjing pada siang hari Sabtu Kliwon, 5 Desember 2020. Rumpun bambu yang cukup lebat tersebut berada di lereng gunung Krinjing tercabut (longsor) dan jatuh menimpa seorang petani yang kebetulan sedang bekerja di kebunnya. Beberapa hari berikutnya tiupan angin yang serupa pun masih dapat dirasakan. Sehingga pada beberapa tempat dapat dijumpai beberapa anak bermain baling-baling bambu/kayu atau 'tiran' di pinggir jalan. 

Demikianlah sedikit cerita yang terjadi pada masa lampau atau yang terjadi pada beberapa hari yang lalu. 

Mengenal tanda-tanda alam pola alam itu perlu, agar kita bisa waspada dan berhati-hati pada situasi apapun. Namun sebagai insan yang beriman dengan ketentuan dan ketetapan Tuhan tentunya beranggapan bahwa semua yang terjadi atas kehendak Tuhan atau takdir Tuhan. Manusia tentunya akan berusaha menghindari segala bentuk musibah dengan berbagai cara yang ia dapat lakukan. Namun kehendak Tuhan pasti terjadi. Atas kejadian yang ada marilah kita ambil pelajaran agar lebih berhati-hati dalam menyikapi keadaan.

Semoga bangsa kita dan umat manusia pada kmjmnya dihindarkan dari segala bencana. Aamiin,, 



Selasa, 08 Desember 2020

PRANATA MANGSA

 


'Pranata mangsa' merupakan salah satu  dari kalender Syamsiyah, kalender yang mendasarkan perhitungan hari pada 'kala revolusi bumi' yaitu waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk mengelilingi matahari selama satu kali putaran. Waktu yang dibutuhkan bumi untuk menyelesaikan satu kali putaran mengelilingi matahari disebut sebagai satu tahun. 

Di tengah masyarakat Jawa dikenal dua jenis penanggalan, yaitu kalender Syamsiyah dan kalender Qomariyah.

Berbeda dengan kalender Syamsiyah. Kalender Qomariyah mendasarkan perhitungan hari pada 'kala revolusi bulan' yaitu waktu yang dibutuhkan bulan untuk mengelilingi bumi satu kali putaran.

Waktu satu tahun (satu siklus) pada penanggalan 'Pranata Mangsa' dibagi menjadi 12 bagian (mangsa), yaitu;

Mangsa kasa (kesatu)

Mangsa karo (kedua)

Mangsa katelu (ketiga)

Mangsa kapat (keempat)

Mangsa kalima (kelima)

Mangsa kanem (keenam)

Mangsa kapitu (ketujuh)

Mangsa kawolu (kedelapan)

Mangsa kasanga (kesembilan)

Mangsa kasepuluh (kesepuluh)

Mangsa desta (kesebelas)

Mangsa sada (keduabelas)


Adapun lamannya mangsa atau jumlah hari dari tiap-tiap mangsa itu berbeda,


Mangsa kasa               41 hari

Mangsa karo               23 hari

Mangsa katelu            24 hari

Mangsa kapat             25 hari

Mangsa kalima           27 hari  

Mangsa kanem           43 hari

Mangsa kapitu            43 hari

Mangsa kawolu          26 hari

Mangsa kasanga         25 hari

Mangsa kasepuluh     24 hari

Mangsa desta               23 hari

Mangsa sada                41 hari



Setiap mangsa memiliki candra (ciri-ciri), yaitu;

Candrane mangsa Kasa 

Sotya murca ing ngembanan. Mangsane gegodhongan padha gogrog, kekauon padha brindhil. Mangsane nandur palawija, mangsane walang ngendhog.


Candrane mangsa Karo 

Bantala rengka. Mangsane lemah nela, wit randhu wiwit pradapa semi.


Candrane mangsa Katelu

Suta manut bapa. Mangsane lung-lungan padha mrambat ing lanjarane, pring lan epun-empun liyane padha ngebung (nukul), palawija mangsa panen.


Candrane mangsa Kapat 

Waspa kumembeng jroning kalbu. Mangsane tuk padha pampet lan sumur padha asat. Wit randhu wiwit penthil. Manuk manyar gawe susuh.


Canndrane mangsa Kalima 

Tirta marta sumawur ing jagat. Mangsa tibaning udan, asem metu sinome (semi utawa mradapa), gadung lan kunir metu godhonge, ula padha saba.


Candrane mangsa Kanem

Rasa mulya kasucian. Wowohan padha tuwa/mateng. Mangsane sawah padha digaru.

 

Candrane mangsa Kapitu 

Wisa kawentar ing maruta. Ing mangsa iki akeh lelara panas lan weteng. Akeh kali banjir lan angin gedhe. Wong sesawah wiwit tandur.


Candrane mangsa Kawolu 

Anjrah jroning kayun. Mangsane kucing gandhik, mangsane pari padha meteng lan akeh uret.


Candrane mangsa Kasanga 

Wedharing wacana mulya. Mangsa gangsir ngenthir, gareng ngereng. Pari mrekatak.


Candrane mangsa Kasepuluh 

Gedhong minep jroning kalbu. Mangsane sato kewan padha meteng, manuk-manuk padha gawe susuh, pari wis tumungkul.


Candrane mangsa Desta 

Sotya sinara wedi. Mangsane manuk-manuk padha ngloloh.


Candrane mangsa Sada 

Tirta sah saka sasana. Mangsa bediding, arang-arang wong kringeten. Mangsane bubar panen.


Berdasarkan kalender Almenak Dinding, pada 2020 masehi, mangsa Kasa bertepatan dengan tanggal 22 Juni hari Senin Wage. Bertepatan pula dengan tanggal 1 Dulkangidah 1953 (Wawu).

MANGSA KANEM TAHUN INI