Halaman

Sabtu, 26 Desember 2020

Lanjutan 1 artikel Desa Sijeruk

Beberapa tempat di Desa Sijeruk merupakan bukit-bukit kecil atau gunung. Masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah 'punthuk' atau gunung. Ada satu gunung besar yang menjadi batas wilayah Desa Sijeruk pada bagian barat. Yaitu Gunung Pawinihan. Mendengar nama Gunung Pawinihan bagi sebagian orang tentunya sudah tidak asing lagi. Banyak cerita warga yang berkait erat dengan Gunung Pawinihan. Salah satunya adalah mengenai sejarah berdirinya Desa Sijeruk. Atau cerita berdirinya Desa Sijeruk. Karena jika kita bicara sejarah tentunya harus didukung boleh bukti-bukti yang kuat mengenai kejadian pada masa lampau.

Jati diri suatu bangsa dapat dikenali melalui sejarahnya. Dalam lingkup yang lebih kecil, tentunya karakteristik  warga masyarakat juga dipengaruhi oleh sejarahnya. Walaupun tidak sesempurna sejarah pada buku-buku sejarah. Cerita mengenai terbentuknya masyarakat  sebuah desa atau berdirinya sebuah desa sedikit banyak membuat kita mengenal masyarakat desa tersebut. Mengenai kisah terbentuknya atau berdirinya desa Sijeruk insyaaAlloh akan disajikan pada kesempatan yang lain dengan episod yang berbeda.

Selain Gunung Pawinihan, di samping pemukiman warga Dusun Sijeruk berdiri kokoh Gunung Wugul. Masyarakat menyebutnya Gunung Nangka. Memang di tempat tersebut tanaman buah nagka dapat tumbuh dengan baik. Nama Gunung Wugul sendiri dijadikan nama proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) yang sekarang sedang berlangsung. Nama yang digunakan PLTM Gunung Wugul. PLTM Gunung Wugul rencananya memanfaatkan  aliran air dari Kali Urang untuk menghasilkan arus listrik. Kini sedang dalam proses pembangunan.

Di sebelah timur pemukiman warga Dusun Sijeruk. Tepatnya ditengah lahan persawahan berdiri Gunung Krinjing. Dengan jarak kurang lebih satu kilometer dari permukiman. Dari jauh tersebut memang tampak seperti 'krinjing' yang dibalik dengan posisi bibir 'krinjing' di bawah. 'Krinjing' adalah nama wadah sejenis bakul namun lebih besar, terbuat dari bambu. Dahulu 'krinjing'  digunakan untuk membawa barang-barang jenis sayuran atau bahan masakan. Anyaman bambu pada 'krinjing ' berbeda dengan anyaman pada bakul maupun 'tumbu'. 

Kira-kira satu kilometer ke arah timur dari Gunung Krinjing, Kali Urang bertemu dengan Kali Merawu. Peda pertemuan kedua sungai inilah Kali Urang selesai. Kali urang mengalir ke timur bertemu Kali Merawu yang mengalir ke barat bdubah arah ke selatan dengan nama Kali Merawu. Mengalir terus melewati beberapa desa sampai beryeku dengan Kali Serayu yang menjadi ikon Kabupaten Banjarnegara selain Dawet Ayu dan Dataran Tinggi Dieng.

Di sebelah timur dan selatan Kali Merawu, masih berbatasan dengan Desa Sijeruk dan Desa Kalilunjar berdiri tegak Gunung Maung, yang sudah sejak lama namanya menggema dengan istilah PLTA Maung. Hal ini karena adanya rencana membendung aliran Kali Merawu yang berada di samping Gunung Maung untuk menghasilkan energi listrik. 

Masih bicara tentang gunung.

Di sebelah barat daya dari Gunung Krinjing dengan jarak lebih kurang 500 meter terdapat batu besar menjulang seperti bentuk balok. Tepatnya berada di lahan perkebunan warga. Masyarakat menyebut tempat disekitar batu tersebut berada dengan nama Gunung Cilik. 

Batu besar tersebut ada secara alamiah. Adapun jenis batu ini disebut sebagai jenis 'watu bangkong'. 'Watu bangkong' merupakan istilah yang digunakan warga untuk menyebut salah satu jenis batuan sedimen. Jenis batuan ini terdiri dari unsur keras dan unsur yang lebih lunak. Bagian yang lunak mudak terkikis sehingga bagian yang keras tampak menonjol di permukaan. Seperti bitik-bintik pada badan 'bangkong'. Sejenis hewan amfibi yang hidup di tempat kering. Biasanya yinggal di sekitar permukiman warga. Bangkong merupakan hewan yang memiliki racun pada tubuhnya.

Di Gunung Cilik banyak terdapat bongkahan 'watu bangkong' yang bertumpuk. Beberapa diantaranya memiliki rongga di bawahnya seperti gua namun kecil. Rongga atau gua kecil di bawah bongkahan 'watu bangkong' merupakan tempat tinggal yang nyaman bagi landak. Landak merupakan jenia hewan mamalia herbivora yang memiliki rambut kaku pada kulit tubuhnya seperti duri. Rambut duri ini berfungsi sebagai alat perlindungan  diri dari serangan musuhnya.

Ada satu cerita dari orang tua mengenai Gunung Cilik. Sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas tadi bahwa di Gunung Cilik di sela-sela bongkahan 'watu banhkong' terdapat rongga atau gua kecil. Gua kecil tersebut dahulu pernah dijadikan tempat mengungsi oleh untuk menghindari serangan tentara Belanda dari serangan pesawat tempur tentara Belanda. Mereka membawa perlengkapan masak untuk bertahan hidup di masa sulit.

Di area permukiman warga terdapat tempat yang sedikit tinggi dinamakan Gunung Sigot. Jika dilihat dari sebelah timur, Gunung Sigot merupakan tebing batu dengan jenis 'watu bangkong, dengan ketinggian lebih kurang 20 meter dari jalan. Jalan yang berada di sebelah timur Gunung Sigot merupakan jalan lama. Jalan ini dahulu merupakan jalan utama pada masa Hindia Belanda. Lalu lintas dari Banjarnegara ke Karangkobar atau sebaliknya waktu itu melalui jalan ini. Sebelum jalan yang sekarang digunakan dibangun. Jalan lama kini telah terputus, sebagian besar telah alih fungsi menjadi lahan pertanian. Sejak penulis masih kecil tidak melihat jalan itu, hanya mendengar cerita dari orang-orang tua dan beberapa tiang besi bekas tiang telepon yang berada di lahan sawah milik warga.

Adapun Gunung Sigot jika dilihat dari arah barat merupakan sebuah 'punthuk' . Punthuk adalah istilah yang digunakan warga untuk menyebut tempat yang agak tinggi seperti bukit dengan ketinggian beberapa meter. Konon dahulu Gunung Sigot dijadikan tempat Bupati Banjarnegara 'nginggeng' atau mengintai pasukan musuh yang berada di jalan. Jika kita berdiri di atas Gunung Sigot, kita bisa melihat lahan persawahan penduduk, Gunung Krinjing, Ginung Cilik, gunung Maung, Kali Urang dan Kali Merawu. Gunung Sigot juga behubung erat dengan cerita berdirinya Desa Sijeruk. Mengenai cerita ini InsyaaAlloh akan disajikan pada kesempatan yang lain dengan episid yang berbeda.


Tepat di sebelah barat Dusun Sijeruk terdapat tempat Pemakaman Umum warga. Tempat tersebut berada lebih tunggi dari permukiman warga. Disekitar Tempat Pemakaman Umum tersebut terhampar area perkebunan warga. Sebagian besar lahan perkebunan tersebut dipenuhi tanaman salak pondoh yang merupaka komoditas andalan warga Desa Sijeruk. Area perkebunan warga berada disebuah bukit dan warga setempat menyebutnya Gunung Wergul atau Gunung Wregul. Adapun sejarah tempat Pemakaman Umum warga berhubugan dengan cerita berdirinya Desa Sijeruk. Konon pendiri Desa Sijeruk menemukan makam di tengah rerimbunan tumbuhan glagah sebelum desa ini wujud.


👉👉👉 (Bersambung....)  

----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar