Halaman

Senin, 14 Desember 2020

Mangsa Kanem Tahun ini

Berdasarkan perhitungan hari pada kalender pranata mangsa kini berada pada mangsa Kanem atau mangsa keenam. Mangsa Kanem memiliki jumlah hari 43. Pada mangsa Kanem biasanya banyak terjadi hujan dengan durasi yang cukip lama. Terkadang seharian terjadi hujan atau hujan berlangsung lebih dari 24 jam. Meskipun tidak lebat, namun hujan tergolong awet. 

Keadaan hujan yang berterusan mengakibatkan suhu udara terasa dingin dan udara lembab. Para petani di kampung biasanya memanfaatkan siatuasi pada mangsa Kanem untuk menanam pepohonan tanaman buah atau tanaman kayu seperti Albasia.

Hujan yang berlangsung dalam waktu lama. Dan sesekali terjadi hujan deras kerap mengakibatkan air selokan meluap ke jalan atau halaman pekarangan. Kejadian air meluap terjadi biasanya disebabkan ketika terjadi hujan lebat dan banyak material yang hanyut terbawa air hujan menuju selokan. Dan akibatnya saluran air atau selokan tersumbat. Airpun meluap. 

Air yang turun terus menerus menuju bumi atau tanah semakin lama semakin banyak. Sehingga tanah mengalami kejenuhan. Daya resap tanah tentunya ada batasnya. Ketika air terus menerus  menuju pori-pori tanah, masa air dalam tanah pun bertambah. Sedangkan daya rekat tanah berkurang. Terjadilah kondisi tanah longsor atau tanah bergerak yang akibat dari grafitasi bumi. Biasanya tanah longsor terjadi pada daerah dengan kondisi tanah miring (tidak rata).

Pada mangsa Kanem kali ini beberapa longsor kecil banyak terjadi di mana-mana. Sebagian tempat bahkan terjadi longsor cukup parah sehingga warga harus mengungsi ke tempat yang dianggap aman. Sebagian ruas jalan pun ada yang terputus atau rusak parah.

Mangsa Kepitu biasanya ditandai dengan banyaknya  angin yang bertiup. Terkadang agak kencang. Dahulu, sewaktu saya masih kecil kalau tiba mangsa kepitu, banyak anak yang bermain baling-baling dari bambu atau kayu. Benda ini biasa disebut 'tiran' atau 'kitiran'. Asyk sekali bermain tiran waktu itu. Kayu yang digunakan untuk membuat 'tiran' biasanya jenis kayu Waru atau kayu Albasia. Tentunya memilih kayu yang baik untuk membuat 'tiran'.

Banyaknya angin yang bertiup pada mangsa Kepitu dan sesekali tiupannya cukup kencang seringkali mengakibatkan pohon roboh, tumbang atau patah pada bagian atas dekat cabang. Biasanya masyarakat menyebut pohon yang patah tersebut dengan istilah 'putung'. Pernah pada suatu ketika, di masa saya msih dusuk di bangku sekolah dasar ada warga yang atap rumahnya tercabut, terangkat kemudian terbang terbawa angin. Kemudian diperbaiki. Setelah diperbaiki ternyata tercabut lagi terangkat dan terbang lagi. 

Begitulah sedikit cerita tentang keadaan atau kejadian di masa lalu.

Kini sedang berada pada mangsa Kanem. Hampir setiap hari hujan turun. Namun pada beberapa hari yang telah lalu hujan turun sepanjang hari. Dari pagi sampsi pagi lagi. Dari sore sampai sore lagi, bahkan lebih dari 24 jam hujan terus berjalan tanpa terputus. Meskipun tidak selalu hujan deras, dalam  beberapa jam hujan hanya ringan saja. 

Namun pada mangsa Kanem kali ini sudah muncul hembusan angin yang cukup kencang. Seperti terjadi pada mangsa Kepitu. Ini terjadi pada waktu yang boleh dibilang baru dipertengahan mangsa Kanem. Akibat dari hembusan sngin tersebut banyak dedaunan hijau yang berguguran berserakan di jalan. Terkadang disertai patahnya ranting pohon dan terlepas dari batangnya. Di antara jenis pohon yang banyak berguguran daunnya adalah pohon Albasia dan pohon Pinus.

Ada satu lagi kejadian memilukan pada mangsa Kanem tahun ini adalah tercabutnya rumpun bambu di lereng gunung Krinjing pada siang hari Sabtu Kliwon, 5 Desember 2020. Rumpun bambu yang cukup lebat tersebut berada di lereng gunung Krinjing tercabut (longsor) dan jatuh menimpa seorang petani yang kebetulan sedang bekerja di kebunnya. Beberapa hari berikutnya tiupan angin yang serupa pun masih dapat dirasakan. Sehingga pada beberapa tempat dapat dijumpai beberapa anak bermain baling-baling bambu/kayu atau 'tiran' di pinggir jalan. 

Demikianlah sedikit cerita yang terjadi pada masa lampau atau yang terjadi pada beberapa hari yang lalu. 

Mengenal tanda-tanda alam pola alam itu perlu, agar kita bisa waspada dan berhati-hati pada situasi apapun. Namun sebagai insan yang beriman dengan ketentuan dan ketetapan Tuhan tentunya beranggapan bahwa semua yang terjadi atas kehendak Tuhan atau takdir Tuhan. Manusia tentunya akan berusaha menghindari segala bentuk musibah dengan berbagai cara yang ia dapat lakukan. Namun kehendak Tuhan pasti terjadi. Atas kejadian yang ada marilah kita ambil pelajaran agar lebih berhati-hati dalam menyikapi keadaan.

Semoga bangsa kita dan umat manusia pada kmjmnya dihindarkan dari segala bencana. Aamiin,, 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar